Mesin
6 Tak ( I )
Malcolm
Beare, petani gandum di pedalaman Australia, tiba-tiba mengumumkan penemuannya,
sebuah mesin enam langkah atau 6 tak! Siapa sangka ide cemerlang itu muncul
dari benak pengelola 1.300 hektar lahan, yang notabene jauh dari dunia
permesinan.
Karena
keadaan yang serba terbatas dan jauh dari mana-mana, Malcolm sering terpaksa
menangani sendiri kerusakan mesin penggiling atau sarana transportasi miliknya.
Dari utak-atik dan akal-akalan memperbaiki mesin rusaknya itulah, muncul
gagasan mengawinkan sistem kerja mesin 4tak dan 2tak.
Secara
sederhana mesin penemuannya ini adalah gabungan antara mesin 4tak dan 2tak, di
bagian bawah mesin ini layaknya mesin 4tak biasa, namun dari kepala silinder
keatas, dipasangi silinder blok 2tak. Dengan kata lain kepala silinder
(silinder-kop) dan perangkat pendukungnya, seperti klep, rocker arm, noken as
dan lainnya dibuang.
Posisi
perangkat pendukung tadi digantikan oleh kruk as buatan Malcolm. Poros ini
untuk menggerakan piston. Salah satu ujung dari kruk as itu, dihubungkan ke
pelat katup rotari yang bertugas membuka tutup lubang buang (exhaust). Sedang
ujung satunya tersambung ke puli atas. Puli atas ini di tautkan ke puli bawah
dengan belt (sabuk). Supaya putaran keduanya sesuai dengan keinginan, diameter
puli atas dua kali lebih besar dari puli bawah. Maksudnya, jika puli bawah
berputar dua kali, puli yang atas hanya sekali.
Itulah
mengapa mesin ini dikatakan bekerja dengan enam langkah dari dua piston dengan
dua liner terpisah. Satu di atas menganut sistem 2tak (diameter x langkah: 60 x
25 mm), dan yang bawah menganut sistem 4tak (diameter 86 x 57 mm).
Permukaan
piston atas berbentuk kerucut (konikal). Maksudnya untuk mengarahkan aliran
bensin dan gas buang. Persis karakter piston mesin 2tak. Sedangkan piston bawah
memakai milik 4tak dengan permukaan rata. Ruang bakar mesin ini terletak di
pertemuan dua piston itu. Yaitu, saat piston atas bergerak turun dan piston
bawah merangkak naik. Rasio kompresi diperkirakan.
Proses
kerja dari mesin ini sangat unik. Saat langkah isap, piston bawah bergerak
bawah dan piston atas ke atas. Lubang rotari dalam kondisi tertutup agar bensin
baru tidak terbuang. Ketika langkah kompresi, kedua piston nyaris bertemu.
Menciptakan ruang bakar. Kapasitas dalam kondisi ini disebut sebagai compresion
corrected dan sejumlah 575 cc. Begitu terjadi ledakan kedua piston berpencar.
Saat piston atas bergerak ke atas, katup rotari baru terbuka, membuang sisa
pembakaran yang didorong oleh piston bawah.
Pemantik
bensin, digunakan dua busi tiap silinder. Untuk menyuplai bensin, Beare
memutuskan untuk memakai dua karburator Mikuni 35 mm tiap silinder. Namun ia
sendiri belum menemukan kapasitas mesin yang pasti (eksak).
Ketika
diuji, mesin ini mempunyai beberapa keunggulan jika dibandingkan dengan mesin
konvensional. Mesin ini mampu berputar hingga 28.000 rpm. Cuma, saat dilakukan
tes, karena mesin Beare masih percobaan dan belum menggunakan material yang
kuat, putaran dibatasi 9.000 rpm saja. Tenaga mesin juga diklaim lebih besar 13
dk dari versi asli. Sebab ketika dihitung, menghasilkan 86 dk pada 9.000 rpm.
Untuk
menyala, mesin ini tidak memerlukan bahan bakar berpelumas seperti mesin 2tak.
Hanya dengan bensin biasa dan beroktan rendah sudah cukup. Konsumsi bahan
bakarnya menjadi 35% lebih irit dan gas buang pun lebih bersih.
Jumlah
komponen yang bergerak juga lebih sedikit dibanding dapur pacu 4tak. Itu
sebabnya, Beare yakin tingkat kebisingan dari mesin ini rendah. Keunggulan
dalam hal ini belum terbukti, karena Beare menggunakan knalpot free flow pada
motor percobaannya.
besok anak negeri bikin mesin 8 tak, hehe tetap high performance